Pendidikan Budaya Berbasis Delapan Nilai Karakter ; Penerapan Nilai-nilai Lokal Fagogoru





Pendidikan Budaya Berbasis Delapan Nilai Karakter Penerapan Nilai-nilai Lokal Fagogoru

Cetakan Pertama,   Mei 2022

 Penulis                  : Wahyudin Madjid

Penyunting           : Isnul Ar Ridha

Pemeriksa Aksara: Andi Tenri Sanna

Desain Sampul     : Sahrul Ramadhan / M Madjid

Tata Letak            : Isnul Ar Ridha

ISBN               : 9786239879907

Diterbitkan Oleh Akalanka Publisher

BTN Merdeka Blok F No. 10 Kelurahan Salekoe

Kecamatan Wara Timur  Kota Palopo,

Sulawesi Selatan, 91921 Indonesia.

Telp.  0853 9400 8849 Email : akalankabuku@gmail.com

 Pemegang Hak Cipta ©2022 : Wahyudin Madjid

Buku ini diterbitkan secara Self-Publishing. Isi buku diluar tanggungjawab Akalanka Publisher, dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemegang hak cipta

========================================================================

MEMBACA KEMBALI URGENSI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DALAM DELAPAN NILAI KARAKTER FAGOGORU : SEBUAH PENGANTAR

 Oleh: DR. Fahmi F. Fadirubun

(Pengajar di UPBJJ-UT Sorong, Papua Barat)

 Pendidikan merupakan peristiwa sosial sehari-hari yang cukup kompleks. Produk utama pendidikan tentu berorientasi pada proses belajar menjadi manusia seutuhnya, yang didalamnya secara teoritis, tentang pendidikan pada kebudayaan, yang didasarkan secara normatif, bermuara pada nilai kebudayaan lokal maupun universal.

Secara filosofis, laku pendidikan menuntut pada satu sisi adanya pengakuan tentang hakikat manusia; tuntutan tentang adanya hakikat manusia yang relevan dengan laku pedagogis. Hal tersebut telah dibuktikan dengan analisis fenomenologis, bahwa manusia adalah animal educandum-educandus (makhluk yang dididik-mendidik) yang secara antropologis-filosofis, relevan dengan pandangan bahwa “manusia adalah makhluk individu, sosial, moral, berbudaya, berkarakter dan ber-kepribadian”.

Ibarat dua sisi dari sekeping mata uang,pendidikan dan kebudayaan merupakan proses transformasi yang tak dapat dipisahkan. Mohammad Hatta (1902-1980), satu dari dwi tunggal proklamator kemerdekaan Republik Indonesia itu, secara tepat mendeskripsikan bahwa apa yang dipelajari dalam proses pendidikan adalah kebudayaan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah proses pembudayaan. Dengan pendidikan, budi perkerti dapat hidup dalam kehidupan manusia yang beradab.

Secara implisit, amanat dari tujuan pendidikan karakter adalah bagaimana peserta didik bisa memahami dan menginternalisasi pengetahuan. Bukan sebatas konsep, tetapi diimplementasikan secara tindakan. Artinya, peserta didik bukan hanya diarahkan pada sekadar: tahu apa, tapi pun bisa apa. Hal ini mengandung arti bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas manusia, pendidikan akan menentukan masa depan manusia, termasuk di dalamnya kehidupan masyarakat lokal.

Kita perlu saling mendukung dan membantu dalam upaya meningkatkan kualitas manusia yang berkarakter, berilmu pengetahuan, berkeperibadian, bertanggung jawab, berbudi luhur, cerdas dan terampil. Yang pandai mengajar yang belum pandai, yang mampu membantu yang belum mampu, dan yang sukses memberikan jalan kepada yang belum sukses untuk menjadi sukses, atau yang berwenang menggunakan kewenangannya untuk kemajuan, terutama dalam meningkatkan pendidikan. Jika kebiasaan saling membantu ini telah membudaya, maka kita yakin, bahwa segala usaha dan upaya kolektif kita dalam meningkatkan pendidikan dan merawat kebudayaan tentu akan terwujud. Sehingga buah dari segala bentuk ikhtiar baik tersebut dapat kita petik bersama-sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saya menyambut gembira terbitnya buku “Pendidikan Budaya Berbasis Delapan Nilai Karakter : Penerapan Nilai-nilai Lokal Fagogoru” yang ditulis oleh saudara Wahyudin Madjid ini. Sebuah buku yang mengulas secara gamblang penerapan nilai-nilai lokal sebagai ekspresi pandangan hidup komunitas masyarakat Fagagoru yang berbasis di dua wilayah Pulau Halmahera, Maluku Utara, yakni: Halmahera Tengah dan Halmahera Timur. Dalam buku ini, penulis melihat secara cermat perkembangan modernisasi untuk tidak berbenturan dengan budaya lokal yang terancam oleh arus zaman. Oleh sebabnya, perlu ada kebijakan dalam penerapan kurikulum muatan lokal (mulok) agar nilai-nilai budaya Fagogoru dapat terus dipertahankan, dilestarikan serta dikembangkan sebagai fondasi kehidupan bagi bangunan sosial di masyarakat.

Dalam buku ini pula, penulis menawarkan warisan budaya lokal (local culture legacy) yang perlu dirumuskan dalam tujuan kurikulum, agar supaya guru, peserta didik dan masyarkat pada umumnya tidak kehilangan perspektif nilai budaya. Dalam hal ini, khusus bagi peserta didik, melalui karya ini diharapkan bias secara aktif mengembangkan potensi dirinya berdasarkan delapan nilai karakter dimaksud: Ngaku re Rasai (Kebersamaan dan Kekeluargaan), Budi re Bahasa (Kebaikan dan Berbicara), Sopan re Hormat (Menghargai dan Menghormati), Mtat re Mimoy (Takut dan Malu), sebagai unsur sentral di dalam penerapan nilai budaya lokal.

                                                                                   

Malang, 25 Mei 2021.

DR. Fahmi F. Fadirubun.

 

 

 ==================================================================================

PENGANTAR PENULIS

Dengan rahmat Allah SWT, karya buku Pendidikan Budaya Berbasis Delapan Nilai Karakter: Penerapan Nilai-nilai Lokal Fagogoru ini dapat sampai ke tangan pembaca sekalian. Tentu karya sederhana ini penulis persembahkan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Fagogoru yang melingkupi dua wilayah pemerintahan administratif di Provinsi Maluku Utara, yakni Kabupaten Halmahera Tengah dan Kabupaten Halmahera Timur pada  khususnya.

Buku ini sekaligus menyasar para pembaca dari semua kalangan, baik siswa, mahasiswa, guru, dosen, pekerja swasta, professional, serta masyarakat pada umumnya sebagai salah satu sumber rujukan untuk menambah wawasan, terutama wawasan tentang pendidikan dan kebudayaan lokal di Indonesia yang begitu identik dari sisi kemajemukan budayanya.

Buku ini pun diharapkan dapat digunakan, terutama sebagai landasan bagi para siswa dan guru yang ingin mempelajari masalah perkembangan sosial, budaya dan pendidikan, khususnya bagi komponen pendidikan dan masyarakat tentang perubahan sikap dan kesadaran moral.

Selain itu, sebagai alasan atau landasan ideologis-konstitusional, kehadiran buku ini tidak lepas dari pemaknaan terhadap tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu: menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Tentu ha tersebut harus diwujudkan dengan pendidikan yang memanusiakan manusia. Sebab, tujuan sistem pendidikan nasional menghendaki pendidikan yang menghasilkan manusia berkarakter dan berjiwa Pancasila serta mengamalkan nilai-nilai kebudayaan sebagai dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa poin penting yang termaktub di dalam buku ini diuraikan secara naratif dalam bentuk pemahaman delapan nilai karakter untuk dapat diaktualisasikan oleh para generasi bangsa, terutama di kalangan masyarakat Fagogoru dalam proses interaksi kehidupan sosialnya. Di samping itu, menjangkau proses pendidikan di sekolah untuk lebih memperdalam pembelajaran yang mengarah pada peserta didik, hingga bisa menemukan fungsi kehadirannya di dunia pendidikan untuk lebih bermakna sebagai manusia. Hal tersebut, terlebih menurut hemat penulis, akan menjawab kesadaran berperilaku baik dilingkungan sekitarnya. Apalagi kemajuan zaman teknologi informasi yang telah lazim diketahui dapat memengaruhi sikap perilaku yang berdampak negatif pada peserta didik terhadap kualitas hidupnya.

Akhirnya, tiada kata maupun ekspresi yang paling emosional dalam proses penyajian karya sederhana ini selain penyampaian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, dukungan serta partisipasi dari semua pihak. Terutama kepada mendiang istri tercinta, (almarhumah) Rufiha Rasid, S.Pd, yang telah memberi motivasi dan dorongan hingga lahirnya karya buku ini. Penulis hanya mampu berdoa semoga segala dukungan yang bersifat moril pun materil kelak menjadi ibadah di sisi-Nya. Semoga mendapatkan ganjaran baik berupa rahmat dan kasih sayang-Nya di alam sana.

Penulis juga menyampaikan banyak terima atas pendapat dan masukan dari teman-teman Pascasarjana Prodi Manajemen, Universitas Pancasila, Jakarta, antara lain: Faisal Iqbal, Hamdan Badalan, Ismail Ibradi, Sumiati Rasid, Mursalin Sufrin Ridja, dan Sudiono Dikir. Mudah-mudahan berbagai bantuan dan dorongan yang telah diberikan, mendapat balasan dari Allah SWT.  Semoga karya yang kecil dan sederhana ini akan memiliki manfaat bagi para pembaca dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Jakarta, 20 Maret 2021

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama